Ahad, 10 Juli 2011
Orang-orang itu membuatku merasa berarti, merasa dibutuhkan. Aku malu jika harus menerima ucapan terima kasih dari mereka. It should be mine. Karena mereka membuatku lebih "hidup", mereka my untouchable wound ..
Mereka, orang-orang yang mendapat secuil bagian dari waktuku tapi sekarung porsi tempat di hatiku.
Malam ini.. Atau hari ini?? Maksudku.. Ini malam hari, tapi sudah lewat jam 12 malam, dan kejadiannya terjadi sebelum jam 12 malam. Aku harus bilang apa? Kemaren? Ah, terserahlah!
Yang aku harus bilang adalah, betapa aku merasakan aliran kehangatan yang menyala di dalam dadaku, ketika seorang teman mengirim SMS untukku di tengah malam seperti ini, untuk menceritakan masalahnya. You see the point?
Aku merasa diingat. Aku merasa, seakan ia percaya penuh bahwa aku akan memberi respon terbaik yang ia butuhkan ..
Padanya aku mengatakan akan terus mendukung walau kami tidak lagi berjalan beriringan. Ia menjawab, "Semoga saja yang kau katakan nanti bisa tetap sama dengan saat ini". Dia benar. Hati manusia luar biasa mudah berubah. Tapi saat ini aku berjanji sungguh-sungguh dengan sepenuh hatiku: aku akan berusaha selalu ada untuk sahabat-sahabat yang membutuhkan. Aku akan -seperti sekarang, dan semoga selamanya- memprioritaskan senyum bahagia orang-orang di sekitarku, lebih dari keinginanku.
Ini bagian kelemahanku yang kubenci : pikiranku berlari jauh lebih cepat dari tanganku, hingga aku terlewat menangkapnya. Jadilah, tulisanku selalu melompat-lompat seperti ini dan melenceng dari tujuan semula. Aku sudah benar-benar lupa, apa sesungguhnya yang ingin kutulis tadi?
Sudah 1 jam berlalu sejak pergantian hari menurut kalender matahari. Aku merasa tidak mengantuk. Tapi aku tahu, tubuhku mengantuk. Aku hanya merasa tidak mengantuk karena pikiran dan perasaan yang menari-nari di benakku. Tapi aku benci jika harus tertidur, dan ketika bangun aku melupakan pikiran dan perasaanku saat ini. Ya, hampir selalu begitu. Sekuat apapun perasaanku, setelah tidur ia akan memudar tuntas. Aku seperti Peterpan yang tak ingin pergi dari Neverland ..
Aku..
Entahlah.
Setelah selesai saling ber-SMS dengan sahabat yang tadi menceritakan masalahnya itu (aku tak membalas SMS terakhirnya yang menyuruhku kembali tidur), aku baru mulai merasakan kepedihan. Kehampaan. Jauuuh, jauuh.. Rasanya seperti kesendirian. Oh, inikah yang kau rasakan, Kawan? Dari tadi aku berusaha membayangkan jika berada di posisinya, bagaimana rasanya "terusir" dari tempat kita berada sekarang, memulai lagi dari awal dengan situasi yang sama sekali baru. Aku berusaha menangkap rasa sakit yang mungkin (lebih tepat jika menggunakan kata 'pasti', rasanya) muncul. Tapi karena aku selayaknya menghibur dan menguatkannya, aku berusaha tegar. Padahal dia jauh lebih tegar ..
- jam 01.11
Orang-orang itu membuatku merasa berarti, merasa dibutuhkan. Aku malu jika harus menerima ucapan terima kasih dari mereka. It should be mine. Karena mereka membuatku lebih "hidup", mereka my untouchable wound ..
Mereka, orang-orang yang mendapat secuil bagian dari waktuku tapi sekarung porsi tempat di hatiku.
Malam ini.. Atau hari ini?? Maksudku.. Ini malam hari, tapi sudah lewat jam 12 malam, dan kejadiannya terjadi sebelum jam 12 malam. Aku harus bilang apa? Kemaren? Ah, terserahlah!
Yang aku harus bilang adalah, betapa aku merasakan aliran kehangatan yang menyala di dalam dadaku, ketika seorang teman mengirim SMS untukku di tengah malam seperti ini, untuk menceritakan masalahnya. You see the point?
Aku merasa diingat. Aku merasa, seakan ia percaya penuh bahwa aku akan memberi respon terbaik yang ia butuhkan ..
Padanya aku mengatakan akan terus mendukung walau kami tidak lagi berjalan beriringan. Ia menjawab, "Semoga saja yang kau katakan nanti bisa tetap sama dengan saat ini". Dia benar. Hati manusia luar biasa mudah berubah. Tapi saat ini aku berjanji sungguh-sungguh dengan sepenuh hatiku: aku akan berusaha selalu ada untuk sahabat-sahabat yang membutuhkan. Aku akan -seperti sekarang, dan semoga selamanya- memprioritaskan senyum bahagia orang-orang di sekitarku, lebih dari keinginanku.
Ini bagian kelemahanku yang kubenci : pikiranku berlari jauh lebih cepat dari tanganku, hingga aku terlewat menangkapnya. Jadilah, tulisanku selalu melompat-lompat seperti ini dan melenceng dari tujuan semula. Aku sudah benar-benar lupa, apa sesungguhnya yang ingin kutulis tadi?
Sudah 1 jam berlalu sejak pergantian hari menurut kalender matahari. Aku merasa tidak mengantuk. Tapi aku tahu, tubuhku mengantuk. Aku hanya merasa tidak mengantuk karena pikiran dan perasaan yang menari-nari di benakku. Tapi aku benci jika harus tertidur, dan ketika bangun aku melupakan pikiran dan perasaanku saat ini. Ya, hampir selalu begitu. Sekuat apapun perasaanku, setelah tidur ia akan memudar tuntas. Aku seperti Peterpan yang tak ingin pergi dari Neverland ..
Aku..
Entahlah.
Setelah selesai saling ber-SMS dengan sahabat yang tadi menceritakan masalahnya itu (aku tak membalas SMS terakhirnya yang menyuruhku kembali tidur), aku baru mulai merasakan kepedihan. Kehampaan. Jauuuh, jauuh.. Rasanya seperti kesendirian. Oh, inikah yang kau rasakan, Kawan? Dari tadi aku berusaha membayangkan jika berada di posisinya, bagaimana rasanya "terusir" dari tempat kita berada sekarang, memulai lagi dari awal dengan situasi yang sama sekali baru. Aku berusaha menangkap rasa sakit yang mungkin (lebih tepat jika menggunakan kata 'pasti', rasanya) muncul. Tapi karena aku selayaknya menghibur dan menguatkannya, aku berusaha tegar. Padahal dia jauh lebih tegar ..
- jam 01.11