Pergi naik becak atau naik mobil?
Barangkali ada yg pilih jalan kaki saja, krn tujuannya tdk jauh. Ada yg mau naik sepeda, krn rasanya, naik sepeda lebih cepat & mnyenangkan. Tetapi yg pny motor, dia memandang sepeda trlalu melelahkan & dia ingin tiba lbh cepat, sah-sah saja. Ada yg suka naik becak, tinggal duduk saja. Di sisi lain, yg pny mobil berkata, "Mending naik mobil saja, teduh, cepat, nyaman.." Tujuannya bisa sama, caranya berbeda-beda. Tp bs juga tujuannya berbeda. Meski sama2 sekolah, tp beda2 pula sekolahnya, beda2 lg alasan memilih sekolah tsb.
Lalu ada pula yg jalan2 tak bertujuan, cm mau bersepeda, cm mau jalan kaki, cm mau muter2 kota dgn mobil.. Maka sepeda, mobil, becak, tdk lg mjd "cara" bgi mereka, melainkan tujuan. Salah? Tentu saja tidak. Krn hidup ini hny rangkaian2 kejadian. Kitalah yg memberinya makna. Keliling naik sepeda bs jd sangat berarti & berkesan jika bersama tmn2, di taman yg indah, pd suatu sore yg teduh. Naik mobil ga bertujuan bs jd mnyenangkan jika diisi dgn cengkerama bersama keluarga.
Uraian di atas, kawan, adl analogi saya ttg suatu kegiatan/ profesi, yg dlm hal saya adl mjd dokter.
Bgi saya, dokter bukan tujuan, hny sarana, hny cara, utk saya mncapai tujuan yg sbnrnya. Lantas kalau cara, apakah hrs dgn mjd dokter? Tidak. Hny saja, saat ini, inilah yg saya pilih, inilah yg saya bisa. Sperti ketika kita memilih naik motor ke kampus.
Dan cara2 itu, kawan.. Sbagaimana alat transportasi, kita membuka diri atas berbagai peluang, seluas pemahaman kita thdp dunia. Org2 yg blm mngenal alat transportasi darat & trbiasa jalan kaki mungkn akan takjub tak percaya, mngetahui bhw jkt-bandung bs ditempuh dlm 2,5 jam. Mereka merasa itu mustahil & tak prnh mmikirkan opsi lain selain jalan kaki. Tetapi yg sudah tau atau bhkn sudah prnh mnaiki berbagai alat transportasi, dia paham bhw ada bbrp opsi, bs dipilih ssuai kondisinya. Mobil? Pesawat? Kapal? Kereta api?
Hny saja, sayang disayang.. Kita, atau mungkn saya saja, tdk tahu, mjd dokter ini apakah sudah merupakan cara yg paling efektif, paling cepat, utk mngantarkan ke tujuan? Apakah dokter ini bagai pesawat supersonic? Atau bagai sepeda motor? Entahlah. Saya, kita semua, hny bisa menjalani pilihan yg kita pilih. Kabar baiknya, kita bisa memilih utk berupaya optimal agar pilihan kita menjadi semakin berharga.
Saya tdk prnh benar2 ingin mjd dokter. Tetapi "keinginan" bukan satu2nya pertimbangan. Bisa jd ini satu2nya cara yg bs saya lakukan? Bisa jadi.
Ini bukan lg soal keinginan. Kalau memang harus, saya akan mengerahkan yg terbaik!
19.04.13
Barangkali ada yg pilih jalan kaki saja, krn tujuannya tdk jauh. Ada yg mau naik sepeda, krn rasanya, naik sepeda lebih cepat & mnyenangkan. Tetapi yg pny motor, dia memandang sepeda trlalu melelahkan & dia ingin tiba lbh cepat, sah-sah saja. Ada yg suka naik becak, tinggal duduk saja. Di sisi lain, yg pny mobil berkata, "Mending naik mobil saja, teduh, cepat, nyaman.." Tujuannya bisa sama, caranya berbeda-beda. Tp bs juga tujuannya berbeda. Meski sama2 sekolah, tp beda2 pula sekolahnya, beda2 lg alasan memilih sekolah tsb.
Lalu ada pula yg jalan2 tak bertujuan, cm mau bersepeda, cm mau jalan kaki, cm mau muter2 kota dgn mobil.. Maka sepeda, mobil, becak, tdk lg mjd "cara" bgi mereka, melainkan tujuan. Salah? Tentu saja tidak. Krn hidup ini hny rangkaian2 kejadian. Kitalah yg memberinya makna. Keliling naik sepeda bs jd sangat berarti & berkesan jika bersama tmn2, di taman yg indah, pd suatu sore yg teduh. Naik mobil ga bertujuan bs jd mnyenangkan jika diisi dgn cengkerama bersama keluarga.
Uraian di atas, kawan, adl analogi saya ttg suatu kegiatan/ profesi, yg dlm hal saya adl mjd dokter.
Bgi saya, dokter bukan tujuan, hny sarana, hny cara, utk saya mncapai tujuan yg sbnrnya. Lantas kalau cara, apakah hrs dgn mjd dokter? Tidak. Hny saja, saat ini, inilah yg saya pilih, inilah yg saya bisa. Sperti ketika kita memilih naik motor ke kampus.
Dan cara2 itu, kawan.. Sbagaimana alat transportasi, kita membuka diri atas berbagai peluang, seluas pemahaman kita thdp dunia. Org2 yg blm mngenal alat transportasi darat & trbiasa jalan kaki mungkn akan takjub tak percaya, mngetahui bhw jkt-bandung bs ditempuh dlm 2,5 jam. Mereka merasa itu mustahil & tak prnh mmikirkan opsi lain selain jalan kaki. Tetapi yg sudah tau atau bhkn sudah prnh mnaiki berbagai alat transportasi, dia paham bhw ada bbrp opsi, bs dipilih ssuai kondisinya. Mobil? Pesawat? Kapal? Kereta api?
Hny saja, sayang disayang.. Kita, atau mungkn saya saja, tdk tahu, mjd dokter ini apakah sudah merupakan cara yg paling efektif, paling cepat, utk mngantarkan ke tujuan? Apakah dokter ini bagai pesawat supersonic? Atau bagai sepeda motor? Entahlah. Saya, kita semua, hny bisa menjalani pilihan yg kita pilih. Kabar baiknya, kita bisa memilih utk berupaya optimal agar pilihan kita menjadi semakin berharga.
Saya tdk prnh benar2 ingin mjd dokter. Tetapi "keinginan" bukan satu2nya pertimbangan. Bisa jd ini satu2nya cara yg bs saya lakukan? Bisa jadi.
Ini bukan lg soal keinginan. Kalau memang harus, saya akan mengerahkan yg terbaik!
19.04.13