Sedikit tidur adl perlambang kegigihan tekad, kesungguhan hati dan pembuktian kemenangan atas hawa nafsu. Setidaknya begitulah menurutku.
Dulu sewaktu di pondok, kami menghormati orang-orang berdasarkan sedikitnya waktu tidurnya di waktu malam. Tentu saja. Di pondok tidak ada HP, laptop, apalagi televisi. Jadi mereka yg terjaga sejak 2-3 jam stlh tengah malam, sudah tentu adl orang-orang yg mengisi waktu dgn belajar, sholat dan membaca al-Qur'an. Orang-orang seperti ini lalu akan terlihat di waktu siang sbg manusia yg lembut tetapi kuat, berbaur tp tidak melebur, tegas tapi tdk kasar, dan produktif tanpa mengabaikan sosial. Jika bicara, kata-katanya mulia. Jika bertindak, menolong orang. Jika bergerak, mengagumkan. Tak mengherankan kalau lantas kami menaruh respek yg jauh lebih besar pd orang-orang ini, orang-orang yg menghabiskan separuh wkt tidurnya utk menjumpai Robbnya.
Jangan tanya di waktu malam. Siapa pun orang berhati sehat yg melihat mereka rukuk dan sujud, atau tertunduk memanjatkan doa, akan luluh hatinya dan hampir luruh air matanya. Kalau di waktu siang mereka seperti harimau putih yg bergerak anggun tetapi mematikan, maka di waktu malam mereka bagai purnama merah jambu yg indah tak terperi, tapi tak tergapai.
========
Saranku, kalau ada yg punya anak atau adik usia SD, persiapkanlah utk masuk pondok di masa SMP, lebih bagus lagi kalau dilanjutkan sampai SMA. Di pondok itu, senakal-nakalnya adl memakai celana pendek di dalam kamar, membawa alat elektronik, membawa atau membaca novel, memakai gelang tali, memakai parfum..
Memang standar atau peraturan tiap pondok berbeda-beda, krn itu, sebaiknya dicermati benar bhw pondok yg akan dituju memang melarang alat elektronik (sebab ada pondok yg membolehkan saja, bhkn menyediakan televisi) dan sangat minim kemungkinan utk interaksi dgn lawan jenis. Kalau sudah begitu, insyaAllah bagaimanapun melalui masa dewasa nantinya, tahun-tahun di pondok itu akan menjadi koridor yg menjaga.
Aku, setelah dr pondok tempatku menamatkan SMP, pindah ke sebuah pondok yg khusus utk menghafal al-Qur'an. Waktu utk menghafal setidaknya ada 7 jam per hari. Di pondok ini, standar 'nakal' semakin tinggi. Bagi kami, cukuplah seseorang dikatakan nakal jika dia jarang terlihat menghafal al-Qur'an, banyak bersenda gurau di waktu menghafal, dan berlambat-lambat mengerjakan tugas piket. Tetapi begitu pun, sangat jarang ada yg kami anggap cukup layak menyandang titel 'nakal'. Ah, ya, hanya saja, jika waktu utk al-Qur'an sudah berkurang, maka waktu utk membicarakan yg sia-sia jd bertambah. Biasanya dampaknya, anak-anak ini akan sering membicarakan keburukan orang, mengadu domba, melebih-lebihkan cerita, atau barangkali menghina teman. Akibatnya, gelar nakal semakin menjadi di pundaknya.
Tetapi mereka yg sibuk dgn hafalannya, bagaimanapun sering terlambat sholat berjamaah, tidak merapikan lemari, sulit dibangunkan, tetap dinilai sbg anak baik.
Ya, intinya, kehidupan pondok ibarat oase di tengah gurun kecarut-marutan dunia. Kalau ingin generasi penerus kita mampu melalui gurun ini dgn selamat sentosa, singgahkanlah mereka pd oase ini beberapa tahun.
=========